10 Maret, 2012

Antologi Puisi Musim Semi



                   Sehelai   Kain
Sehelai kain itu, tak memberi arti katanya
Itu sih katanya
Ya, katanya apalah arti kain sehelai itu
Kalau tingkah tak menentu
Hanya mencemar nama baik Agama

Katanya,  biarku tanpa bermahkota kain sehelai itu
Asal tingkahku, tak mencemar nama baik Agamaku
Itu,  lagi-lagi katanya


Kataku, biarkan sehelai kain itu
Tetap memahkotaimu saudariku
Walau tingkah belum mulia
Tapi paling tidak
Identitasmu masih terjaga

Biarkan sehelai kain itu memahkotaimu
Paling tidak, kau mampu sedikit berpikir
Kala tingkah tak laku
Oleh Syari’at Agamamu

Pantaskah aku berlaku ini
Pantaskah aku berlaku itu
Sedangkan mahkota kain sehelai ini diatasku

Bukan sebaliknya wahai saudariku
Pantaskah sehelai kain itu diatasku
Kalau tingkah laku-ku itu
Kalau tingkah laku-ku ini
Dimata Syariat tak laku-laku

Itu sih kataku wahai saudariku
Tanpa mau bersuci diri
Bukan sok anggun ku bertingkah laku
Hanya sekedar saling mengingatkan
Antara kita umat  akhir zaman




                      Akal  VS  Nafsu
Tuhan,,,
Akalku pastinya sudah paham
Kalau itu noktah-noktah hitam
Tapi sang nafsu itu
Tak mau berhenti menggoda merayu

Akalku menggelepar
Bak ikan terpanggang
Hidup-hidup dibuatnya

Raga ini selalu berlari
Dari syahwat durja itu
Tapi sang nafsu  selalu
Setia hadir mengebiri

Tuhan,,,
Akalku menangis sedu
Di hadapan dua malaikatMu
Kiri-kanan sampingku
Tak berkutik ditiban sang nafsu

Akalku hanya mampu
Sedikit mengulum senyum tersipu
Kalaku tegak raka'atMu

Namun, akalku tau
Raka'at itu tak memberi
Banyak arti  bagiku
Yang berlumuran dosa ini
kerena syahwat  itu
akan kembali mengebiri

Tuhan,,,
Kalau ku boleh berkalkulasi pahala
Adakah Ia setitik nila
Adakah Ia mencukupi
Bekal menghadapMu nanti

Sedangkan dosa-dosa itu
Tak terkalkulasi
Menggunung meninggi
Tanpa celah memandang

Tuhan,,,
Kalau boleh ku mengemis meminta
Tolong sediakan lautan ampunan itu
Beriku telaga rahmanMu
Di tengah kobaran dosa-dosaku

Yang ku pinta hanya ampunanMu
Yang ku harap hanya rahmanMu
Selimuti aku dengan rahimMu
Hangatkan aku dengan ridhaMu         



                 
                       Rindu Anak Negeri Dari Seberang Benua
Tanah airku, Indonesiaku,,,
Bagaimana kabarmu?
Belum lama kami meninggalkanmu
Kabar elektronik selalu bercerita tentangmu
Tentang rakyat-rakyatmu yang semakin tersungkur
Tentang pemimpin-pemimpinmu yang semakin makmur
Lain lagi kabar tentang eroni Pengetuk palu
Itu sudah menjadi santapan harian anak Negerimu


Rakyat kecilmu semakin tertindas
Para pemimpinmu semakin beringas
Tak henti-hentinya  cerita busuk mereka
Semakin berepisode saja
Mensejahterakan rakyatmu
Semakin menjadi dongeng  sebelum terlelap saja

Century  entah kemana rimbanya
Korupsi tak pernah terhenti terupdate
Satu kasus belum terbaca
Kasus lain menyelip dimuka
Hingga kasus korup yang Satu
Hilang entah kemana menyelinap

Tanah airku, Indonesiaku,,,!
Cerita pesta bermewah-mewahan para pemimpinmu
 Ternyata sudah tutup buku
Renovasi ruang gedung pemimpim-pemimpinmu
Yang katanya dua puluh milyar itu
Ternyata sudah tersapu angin lalu
Saking banyaknya kasus-kasus menimpamu

Tanah airku, Indonesiaku,,, !
Kasus Wisma Atlet yang telah lama dimulai
Kini belum juga terurai benang kusutnya
Pemimpin-pemimpin itu semakin  membingungkan saja
Ternyata sekarang mereka sudah pikun pelupa
Saat diminta kata pengakuan sebagai saksi
Nurani mereka jangan ditanya
Pasti sudah tergadai kertas-kertas  itu

Sabarlah dulu Tanah Airku
Optimislah selalu Negeriku
Jangan menyerah Bangsaku
Generasi-generasi ibu pertiwimu
Sebentar lagi akan datang membelamu
Dari tikus-tikus rakus itu
                                                                                     


                                                       

0 komentar:

Posting Komentar

kritik dan saran yang konstruktif selalu kami tunggu dari para pembaca yang budiman,,,,,!!!