27 Desember, 2012

Dua Mahasiswa Indonesia di Maroko Raih Summa Cum Laude di Akhir 2012

(Dokumentasi: KBRI Rabat)
Menutup tahun 2012 ini, Universitas Moulay Ismail – Meknes. Yang telah berdiri sejak tiga puluh tahun silam. Lagi-lagi mempersembahkan seorang Doktor muda  di bidang Maqashid Syari’ah untuk Indonesia, tanah air tercinta. Setelah hampir satu minggu yang lalu DR. Helmi Basri mendapat predikat Summa Cum Laude di Universitas yang sama. Kini, giliran Ust. Badrul Munir M. Yusuf Nafi  yang mendapat predikat tersebut.

Bertempat di Auditorium Az-ziyani, Fakultas Sastra dan Humaniora, Jurusan Studi Islam.  Rabu 26 Desember 2012, berlangsung Munaqosyah  uthruhah (Sidang Disertasi) Ust. Badrul Munir dengan judul “Qaa'idah -Dar ul Mafaasid Muqoddamun 'Ala Jalbi Al-Masholih- Wa Tathbiqotuha Al Fiqhiyyah - Dirosah Nadhoriyyah Watathbiqiyyah 'Ala Dloui As-syari'ah” (Kaidah “Mencegah Kerusakan Lebih Utama daripada Mengambil Kemaslahatan” dan Aplikasi Yurisprudensinya -  Studi Analisis dan Aplikasinya atas perkembangan Syari'ah).

Dalam sidang disertasinya ini, Ust. Badrul Munir harus berhadapan dengan lima doktor Maroko yang kompetin di bidangnya masing-masing. Mereka adalah DR. Moulay Umar Bin Hammad (ketua), DR. Hasan ‘Alamy (anggota); DR. Abdul Majid Hamid (anggota), DR. Aba Sayyidi Lammarony ‘Alawy (anggota), dan terakhir DR. Abdul Hamid ‘Asyaq (Pembimbing).

Sidang yang berlangsung dari pukul 15: 30 sampai pukul 20.00 malam ini, dihadiri langsung oleh Duta Besar LBBP untuk kerajaan Maroko, Bapak H. Tosari Widjaja. Selain itu, beberapa anggota PPI Maroko serta mahasiswa asal Maroko juga ikut memadati ruang sidang. Hal ini seperti mana dituturkan oleh Kuntoro Shobirin, salah satu anggota PPI Maroko yang ikut hadir pada acara tersebut.

Lebih lanjut, Kuntoro mengatakan bahwa sidang berlangsung sangat luar biasa. Bagaimana tidak, seluruh penguji berdecak kagum dengan disertasi yang ditulis oleh DR. Badrul Munir ini. Bahkan, para doktor tersebut memuji penulis layaknya orang Maroko asli. Karena isi disertasi beliau sangat mengagumkan ditambah dengan tatabahasa yang luar biasa. Sungguh membanggakan bagi Indonesia.

Setelah sidang disertasi selesai dan beliau dianugerahi dengan predikat Musyarraf Jiddan (Summa Cumlaude). Duta Besar RI untuk Maroko, Bapak Tosari Widjaja, para home/local staff, Anggota PPI Maroko, dan masyarakat Indonesia yang berada di Maroko. Memberikan apresiasi yang sangat luar biasa untuk Beliau, DR. Badrul Munir.

Mereka semua mendo’akan agar prestasi serta ilmu yang beliau raih mampu memberi manfaat yang sebesar-besarnya untuk kemajuan Agama serta tanah air tercinta Indonesia. Amiin.

23 Desember, 2012

Mahasiswa Indonesia Raih Summa Cum Laude di Maroko

Dipenghujung tahun 2012, Negeri matahari terbenam, Maroko. Kembali melahirkan seorang doktor untuk Indonesia. Jum'at 21 Desember 2012. Bertempat di auditorium Az-Ziyani, Fakultas Sastra dan Humaniora, Universitas Moulay Ismail-Meknes. Sekitar pukul 15.30 waktu setempat, digelar sidang doktoral Ust. M. Helmi Basri, MA.

Tema disertasi yang diujikan ialah tentang maqasid syari'ah, dengan judul "At-Ta'amul al Maqaasidy ma'a as-Sunah an-Nabawiyah wa Tanziiluhu 'ala Ba'dli al-Waqaai'i al-Mu'aashiroh fi Indonesia"  ( Interaksi Maqasid Terhadap Sunnah Nabawiyah dan Aplikasinya Terhadap Beberapa Realita Kontemporer di Indonesia".

Team penguji terdiri dari tiga orang, yakni DR. Mohammed As-Saisie (ketua), DR. Farid Syukri (anggota), dan DR. Moulay Umar Bin Hammad (anggota). Sedangkan sebagai pembimbing yakni DR. Khalid Muqali.

Sidang juga dihadiri oleh Pelaksana Pensosbud KBRI Rabat, Bapak Suparman Hasibuan, serta sejumlah perwakilan anggota PPI Maroko dari tiap-tiap daerah masing-masing. Diantaranya, dari kota Rabat, Casablanca, Mohammedia, Kenitra, Fes, dan dari kota Meknes sendiri. Sebagian mahasiswa Maroko juga ikut menghadiri acara tersebut.

Sidang disertasi berjalan cukup menarik. Walau ada beberapa kritikan dari dewan penguji, namun Ust. Helmi Basri berusaha mempertahankan apa yang beliau tulis dalam disertasinya.

Setelah break sejenak untuk melaksanakan sholat Maghrib berjama'ah, acara dilanjutkan dengan pembacaan hasil keputusan sidang. Dalam keputusan ini, dewan penguji menganugerahkan predikat Summa Cum Laude (Musyarrof Jiddan) kepada DR. Helmi Basri.

Dengan gelar Doktor yang diraih oleh Ust. Helmi Basri sore kemarin. Maka, selama tahun 2012 ini, Maroko telah menelorkan sebanyak 11 sarjana-sarjana muda untuk tanah air tercinta. Dengan rincian 5 orang Strata 1 (LC), 4 orang Strata 2 (Master), dan 2 Orang Strata 3 (Doktor).

Hal ini tentu menjadi kebanggan kita bersama sebagai bangsa Indonesia. Semoga dengan semakin banyaknya alumni lulusan Negeri Maghribi ini, dapat menambah warna baru dalam khazanah keilmuan dan pemikiran keislaman di tanah air. Amiin..

19 Desember, 2012

Telaga Surga

(G.A: Illustration)

Kau taburkan sejuta cinta di bawah langit-Mu
Kau semaikan benih-benih kasih sayang diatas hamparan bumi cinta-Mu

Dengan cinta, Kau beri kami kedamaian
Dengan cinta, Kau satukan kami dalam persaudaraan
Dengan cinta, Kau hangatkan kami dalam kebersamaan
Dengan cinta, Kau cipta untuk kami keindahan
Dengan cinta, Kau hiasi bumi dengan sejuta bunga bermekaran
Dengan cinta, Kau sematkan kesejukan dalam pandangan
Dengan cinta, Kau ajarkan kami arti ketulusan
Dengan cinta, Kau bimbing kami menuju keiklasan
Dengan cinta, Kau tunjuki kami alam kesedarhanaan
Dengan cinta, Kau beri kami seteguk telaga surga.

Terimakasih atas anugerah ini Tuhan
Terimakasih telah kau beri kami cinta
Cinta yang membuat kami semakin rindu pada-Mu...

03 Desember, 2012

Garuda Muda


(G.A-Illustration)
Hai, kalian yang katanya,
laskar garuda muda,
pemuda-pemudi negeri khatulistiwa.
dimana kalian sekarang?
apakah  masih tertidur hilang?
dalam buai mimpi alam khayal berdendang?

Tidakkah kalian mencium bau busuk dari tanah air?
akibat pesimis yang kian hangus terbakar?
optimis generasi seolah mencair
oleh lika-liku realita yang tergambar.

Hai garuda muda...!
laskar negari khatulistiwa
kenapa sayap kalian semakin layu?
mana kepakan  kebesaran itu?,
yang dulu pernah menggema di seantero dunia?
mana lengkingan suara garuda?,
yang pernah terdengar di seantero jagat raya?.

Hai garuda muda...!
laskar negeri khatulistiwa
jangan biarkan optimis kalian semakin terjajah
hanya karena penguasa-penguasa kursi yang rakus itu
kerakusan mereka akan berakhir
seiring waktu yang bergulir.

Kini saatnya kalian  bicara,
berkontribusi menentukan arah negeri khatulistiwa.
Bangkit dan bangunlah, dan katakan pada dunia,
bahwa Indonesia masih ada. Kini, esok, dan selamanya.

" Si Adik Kecil: Gadis Teranggun yang Pernah Ku Temui"


(G.A - Illustration)
Hampir satu minggu yang lalu, ketika saya berkunjung ke ibu kota, Rabat. Untuk menunaikan salah satu kewajiban penuntut ilmu sekaligus sebagai Anak Negeri. Saat menunggu kereta menuju ibu kota, saya disuguhi pemandangan yang sangat menyejukkan batin ini. Di depan mata saat itu adalah pemandangan yang luar biasa, ditengah gemuruh obralan seksi tubuh gadis-gadis belia negeri ini. Baik pelajar menengah sampai penghuni-penghuni kampus adab dan humaniora. Musim dingin apalagi musim panas. Tampilan seksi, tanpa kerudung, rambut terurai; seolah komoditi ekspor terbaik yang mereka punya. Dengan dandanan yang sangat minor dan mencolok, menambah mereka seolah-olah objek terbaik bagi mata-mata lelaki. Mereka berbangga dengan hal ini. Bangga sekali. Tak percaya? tanyakan saja langsung pada mereka.

Pernah terlintas dipikiran saya, apakah dosen-dosen kampus tak risau oleh hal ini. Terutama beliau-beliau yang notabene menggeluti ilmu dan manhaj ketimuran. Terkadang saya juga merasa kasian dengan mereka yang hafidz al-qur'an.Tentu ini tantangan tersendiri bagi mereka untuk lebih ekstra memanage pandangan. Agar hafalan tak lenyap dari ingatan.

Kembali ke topik diatas, apa gerangan pemandangan yang menyejukkan batin saya itu. Mau tau?, serius?, demi apa? (sory saya gak bisa terlalu alay :D ). Kalau mau tau, baiklah. Pemandangan di depan mata saya saat itu ialah si gadis kecil berkerudung hitam menjulur sampai kaki. Dengan paras putih Arab-arab Eropa. Yang saya taksir umurnya baru 4 atau 5 tahun. Sungguh indah dan menawan. Pasti semua mata yang memandangnya akan merasakan kesejukan dalam hatinya, dan berkeyakinan bahwa dunia ini akan lebih lama lagi berputar berotasi, Jika wanita-wanita anggun lagi menawan dalam berbusana layaknya si adik keci,l selalu hadir memenuhi bumi yang tua renta ini.Tanpa sadar, dalam do'a saya berucap: Semoga si adik kecil selalu istiqomah memegang agama ini, agar Allah selalu menjaganya , dan menjadikannya penyejuk di padang sahara dunia yang tandus seperti saat ini.

Asal kalian tau, dialah gadis teranggun yang pernah saya temui. Dia sangat berbeda dengan kebanyakan. Mungkin banyak si adik kecil diluar sana, namun sampai saat ini saya belum pernah bertemu mereka seperti si adik kecil ini. yang membuat hati saya terenyuh saat memandangnya.

Sepertinya saat ini, para orang tua tidak banyak yang memperhatikan hal ini ketika anak-anak perempuan mereka masih muda belia. Saya sangat yakin mengatakan, mayoritas ayah ibu saat ini sangat bangga dengan anaknya yang berbusana dengan busana yang "kekurangan bahan" itu. Mereka seolah-olah dengan bangga mengatakan, inilah anak beliaku yang manis, cantik, dan tak ketinggalan zaman. benerkah seperti ini?, Maafkan, jika saya salah berceloteh!.

Wahai para orang tua atau  para calon ayah dan calon ibu, ingatlah bahwa pendidikan anak adalah perkara yang sangat urgensi dalam Islam. Hal ini bisa kita saksikan dalam Al-Quran yang menceritakan petuah-petuah Luqman terhadap anak-anaknya. Begitu pula dalam sabda-sabda Baginda  shallallahu ‘alaihi wasallam, kita temui banyak  bentuk-bentuk pendidikan terhadap anak, baik dari perintah maupun perbuatan beliau mendidik anak secara langsung.

Ingatlah bahwa Rasul kita  Shalallaahu 'Alaihi Wasallam memerintahkan dalam haditsnya, agar para orang tua melatih anak-anak untuk melaksanakan sholat sejak berumur tujuh tahun. Dan, kita dibolehkan memukul mereka bila berumur sepuluh tahun. Itu dilakukan sebelum mereka menginjak usia balig.

Hal ini dilakukan, tentu agar mereka (anak-anak) itu menjadi terbiasa untuk melakukan kebiasaan sholat dan ibadah lainnya ketika mereka menginjak usia mukallaf . Salah satu bentuk ibadah lainnya adalah menutup aurat dengan sebenar-benarnya sesuai tuntunan agama. Bukan berdasarkan nafsu saja, seperti kebanyakan saudari-saudari kita saat ini.

Ala kulli hal, semoga generasi umat ini tidak gersang oleh gerusan-gerusan zaman. Semoga diluar sana masih banyak orang-orang tua yang masih memperhatikan pendidikan anak-anak mereka sejak usia dini. Baik pendidikan agama maupun pendidikan mental dan intelektual mereka. Semoga adik kecil, gadis teranggun yang pernah saya temui itu, tak merasa asing di dunia ini. Karena masih banyak teman-teman kecil seperti dirinya. Aamiin...!

30 November, 2012

HIDUP ITU "NYALA"

(Google image-ilustrasi)
Sebaik-baik Manusia
Engkau selalu menyaksikan sang surya di siangmu, rembulan dan bintang gemintang di malammu. Engkau pasti mendambakan setitik cahaya di gulitamu, setetes air di tengah relung dahagamu...

Lihatlah sang surya yang tak pernah enggan akan titah tuhanNya itu, kawan. Ia tak pernah lelah membagi manfaat untuk bumi. Siang ia terangi gulita bumi dengan keceriaannya. Malam ia hantarkan bulan untuk mewakilinya ketika ia berada dibelahan bumi lainnya.

Lihatlah langit yang tak pernah bosan berbagi rejeki menyuburkan bumi, dengan kiriman hujannya untuk menuntaskan dahaga bumi dan seisinya. Betapa besar manfaat yang mereka berikan untuk kita, betapa besar pahala yang mereka peroleh atas pengabdian kepada Sang Pencipta.

Allah menciptakan kita manusia untuk beribadah kepadanya. Wujud penghambaan atau pengabdian itu yakni dengan menjungjung titahNya Menjadi khalifah dibumi ini. Sebagai khalifah kita dituntut untuk mengelola dan melestarikan bumi dan seisinya.

 Kata ibadah sangat luas maknanya. Dalam hal ini, kita tidak hanya mengenal ibadah secara vertikal kepada Sang Khalik secara mahdah semata. namun segala perbuatan baik kepada sesama makhluk-Nya juga berelementasi ibadah kepada-Nya yang disebut ibadah secara horizontal.

Ibadah secara horizontal mengisyaratkan kita agar selalu bisa memberi manfaat untuk sesama. Berkontribusi nyata untuk kebaikan umat dengan skill yang kita miliki masing-masing. Setiap kita diberi kelebihan sesuai bakat tertentu. Semua kita sangat meyakini hal itu. Tinggal sejauh mana kita mampu mengolahnya agar bernilai jual tinggi. 

Allah menganugerahkan kita akal pikiran agar kita mampu mengawal bumi ini dengan baik sesuai kehendak-Nya. Allah menghadiahkan kepada kita skill agar kita mampu memberi untuk sesama. Ingat pesan nabi kita Muhammad SAW : " Sebaik-baik manusia di antaramu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain". 

Kewajiban untuk amar ma'ruf dan nahi munkar, kewajiban untuk menjaga diri dan keluarga dari siksa neraka merupakan bukti bahwa Allah menyuruh kita untuk senantiasa memberi manfaat dan kebaikan itu kepada orang lain. 

Jika kita menilik sejenak tentang tiga amal anak Adam yang takkan putus pahalanya walau ia sudah meninggal dunia sekalipun. Yakni shadoqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak sholeh yang selalu mendo’akan kedua orang tuanya. Maka kita dapat mengambil kesimpulan bahwa ketiga amalan ini adalah hasil kontribusi nyata (Ibadah horizontal) si mayyit ketika hidup di dunia. Dengan membagi manfaat yang sebanyak-banyaknya kepada sesama.

Nama Mereka Terukir dengan Tinta Emas
Lihatlah sejarah dunia, kawan. Lihat nama-nama yang terukir dengan tinta emas itu. Coba kita renungkan sejenak, apa yang menyebabkan nama-nama mereka menghiasi prasasti dunia. Adakah hal lain yang menyebabkan hal itu selain kontribusi nyata mereka kepada dunia. 

Dalam sejarah Islam kita mengenal Khulafaurrasyidin, Sahabat-sahabat, serta para Tabiin ; Imam Malik, Imam Abu Hanifah; Imam Syafi’i, Imam Hambali, dan masih banyak lagi nama-nama yang tak mungkin kita muat dalam catatan ini. Nama-nama mereka begitu harum mengiringi dinamika kehidupan. Karya-karya spektakuler mereka bisa kita rasakan sampai saat ini. Sepanjang kehidupan umat manusia, nama-nama itu akan selalu dikenang dan abadi di dalam sanubari.

Lalu apakah nama-nama kita akan menambah panjang deretan nama-nama yang terukir dengan tinta emas  itu. Silahkan dijawab masing-masing dengan mimpi-mimpi yang kalian miliki. Yang jelas, semua perjalanan panjang kehidupan anak manusia akan menjadi sejarah untuk umat sesudahnya. Buruk-jeleknya berbanding lurus dengan apa yang kita kerjakan hari ini. Jika kebaikan yang kita sumbangkan hari ini, maka kebaikan itu akan menghiasi buku sejarah kita dimasa yang akan datang. Begitu juga sebaliknya, jika yang kita tanam adalah kejelekan maka lembaran hitam itu akan selalu menemani perjalanan anak manusia sesudah kita. Tinggal pilih saja.

Nyalakan Hidupmu
Ibarat obor yang selalu memberi manfaat dengan nyalanya. Ibarat mesin-mesin yang memudahkan kehidupan manusia ketika dinyalakan. Ibarat nyala lampu pijar ditengah ruangan yang gelap. Maka seperti itulah seharusnya hidupmu. Semakin besar nyala yang dimiliki semakin besar manfaat yang diberi. Redup cahayamu ditengah realita kehidupan saat ini, akan menjadikanmu terpinggir. Takkan dihargai.

Saat ini, hampir semua orang tak peduli dengan gelar, pangkat, dan kedudukanmu. Namun yang mereka lihat adalah sejauh mana kemampuanmu untuk memberi manfaat kepada mereka.

Bekali dirimu dengan ilmu yang tinggi. Persiapkan skill yang mumpuni. Agar nyalamu semakin berarti untuk Agama, Nusa dan Bangsa. 

20 Oktober, 2012

Jangan Menyerah Kawan


kenapa secepat itu kita menyerah
bukankah selama tarikan nafas masih terasa
selama itu juga kesempatan
akan selalu ada
ketika kita menyerah
ketika itulah kita menemukan
kekalahan terbesar dalam hidup kita
jangan menyerah kawan,,,,!

Dia & Aku

Dimana dia,,,!
Dia dimana,,,!
Itulah dia,,,!
Ada, tak terdetiksi indra
Ada, melalui tanda, makhluk, dunia fana
Itulah dia, ada,,,!


Aku, siapa aku...?
Aku adalah aku...
Aku hanyalah aku...
Aku, antara keangkuhan dan kerendahan...
Terkadang itulah, aku...!

Hidup


langit terkembang membawa tanda
bumi terhampar membawa cerita
gunung menjulang memberi makna
keagungan tuhan yang esa.

Jangan silau oleh zaman
kerena dia semu dan permainan
dunia kau terlena
akhirat kau sengsara.

Banyak sejarah yang kau lalui
Banyak makna yang kau temui
Hidup adalah perjalanan
Rangkaian cerita menuju tuhan.

05 Oktober, 2012

Empat Musim di Bumi Seribu Benteng

Deru mesin Toyota hitam memecah kesunyian malam yang pekat.  Hujan lebat di luar sana membasahi jalanan yang bias oleh lampu depan beberapa kendaraan yang melaju kencang. Sekencang nyayian hujan yang menyapa Bumi malam itu. Alunan musik sahdu mendayu,  menemani perjalanan si Anak Dusun menuju ibu kota provinsi, Pekanbaru.

Jalanan aspal berpagar pohon-pohon kelapa sawit rindang menambah pekatnya malam. Si Anak Dusun duduk di jok belakang sendirian. Karena seorang kawan yang menemaninya memilih duduk  disamping sang Sopir.

Ditengah perjalanan malam itu, kenangan rindu sanak keluarga yang baru ia tinggalkan duabelas jam yang lalu membesuk jiwanya. Kehadiran sketsa wajah sang Ibu yang pias oleh air mata saat ia sungkem memohon restu untuk kepergiannya tak mampu ia tepis. Sang Ayah yang seolah tampak tegar walau dalam kebekuan. Wajah lugu adik-adiknya yang mungkin belum tau arti sebuah perpisahan dalam kepergian. Wajah sang Nenek tercinta yang mulai mengeriput menyandang usia. Serta handai taulan yang ikut melepas kepergiannya pagi itu juga ikut hadir dalam mimpi sadarnya.

Dalam lamunan, ia berucap lirih “ Sungguh diri ini tak ingin jauh dari kalian. Tak ingin terpisah terlalu lama dengan kalian. Namun apa boleh buat, takdir perjalananku berkata lain. Takdir itu menuntutku  pergi jauh meninggalkan kalian. Tak ada yang bisa kulakukan untuk kalian saat ini. Selain secarik do’a pada Yang Kuasa. Agar Ia berkenan mempertemukan kita kembali dalam kehangatan keluarga yang utuh. Semoga perantauanku ini takkan lama. Karena sungguh aku selalu merindukan kalian. Semoga do’a dan restu kalian selalu mengiringi perjalanan ini.”

Pagi itu, Selasa, 27 September 2011. Ia melambaikan tangan perpisahan kepada keluarga, dan kawan-kawan sepermainannya. Ia kembali meninggalkan Kampung Halaman untuk yang kedua kalinya. Perantauannya kali ini tak hanya menyeberangi pulau seperti empat tahun  silam ketika di Negeri Hujan. Ranah rantau kali ini menyeberangi Benua kawan. Jauh diseberang sana. Satu pertiga dunia akan ia jelajahi.

Setelah sekitar delapan jam perjalanan, kini ia telah sampai di ibu kota provinsi. Malam itu ia menginap di Miss Inhil, tempat khusus bagi warga Indragiri Hilir di ibu kota.

Setelah berada dua hari di Pekanbaru. Kamis sore, 29 September 2011. Dengan mengunakan Sriwijaya Air, ia terbang menyeberangi pulau menuju Jakarta.  Satu pesawat dengan rombongan Bapak Menteri Olahraga Andi Mallarangeng, Bapak Gubernur, Bapak Bupati, serta puluhan pejabat Negara Wartawan yang telah selesai menghadiri pembukaan Pekan Olahraga Pelajar Nasional (Popnas) ke-XI di Riau.

Hiruk pikuk malam di Bandara International Soekarno-Hatta yang juga diguyur hujan saat itu, kembali menyambut kedatangannya di ibu kota Jakarta untuk kesekian kalinya. Setelah negosiasi dengan beberapa Sopir Taxi, akhirnya ia meluncur menuju jalan Jend. Sudirman, Jakarta pusat. Tempat dimana ia akan menginap untuk beberapa hari, sebelum melakukan perjalanan jauh selanjutnya menuju Negeri Matahari Terbenam, Maroko.

Sebelum terbang menuju tanah kelahiran sang pengembara dunia Ibnu Bathuthah itu, ia menyempatkan diri untuk silaturrahmi berkunjung ke Almamater tercintanya, Pesantren Modern Daarul ‘Uluum Lido Bogor. Ia bertandang ke rumah guru-gurunya, meminta do’a restu serta nasihat kepada mereka. Salah satu gurunya yang juga merupakan alumni Maroko, sekaligus mantan ketua PPI Maroko masa bakti 1992-1994 berpesan kepadanya, agar ia selalu bersama dengan niat awalnya ke Maroko. Karena Negeri kelahiran Ibnu Bathuthah itu sangat dekat dengan Eropa, maka sudah pasti pergaulan anak mudanya juga condong mengikuti trend orang-orang Barat.

Setelah beberapa hari berada di pesantren, ia kembali ke Jakarta. Karena besok sore adalah waktu keberangkatannya ke Maroko. Barang-barang sudah ia tata rapi di Koper besar ukuran 26 Inch. Tinggal beberapa barang lainnya yang belum ia beli.

Keesokan harinya (Selasa, 4 Oktober 2011). Sesuai instruksi dari petugas Kemenag. Tepat pukul 14.00 siang. Ia meninggalkan tempat penginapannya menuju Bandara International Soekarno-Hatta terminal 2. Keberangkatan luar negeri.

Sekitar satu jam kemudian, ia sampai di Bandara. Ternyata semua teman-temannya yang berjumlah 12 orang, telah bersiap-siap merapikan koper serta barang-barang lainnya untuk segera dibagasikan. Proses pendataan serta pengecekan barang memakan waktu sekitar satu setengah jam. Setelah barang-barang selesai dibagasikan, ia beserta teman-temannya  segera check in dan bergegas menuju waiting room. Beberapa menit menunggu di ruang tunggu keberangkatan, petugas memberi isyarat agar para penumpang segera memasuki pesawat. Merekapun  bersegera masuk pesawat sambil mengecek nomor kursi masing-masing. Ternyata mereka duduk tidak saling berjauhan. Si Anak Dusun duduk di kursi nomor 41F. disebelah kanannya seorang pemuda Arab tersenyum sambil mengucap salam kepadanya.

Satu jam setelah Boarding. ketika cuaca sekitar Bandara Soetta mulai gelap, karena sang surya mulai meredup, kembali keperaduannya. Tepat pukul 18.00 WIB, Pesawat Qatar Airways dengan nomor penerbangan QR 673 lepas landas  meninggalkan Tanah Air. Bertolak dari Jakarta, Soekarno-Hatta International Airport (CGK) menuju Doha, Qatar International Airport (DOH).

Berbarengan dengan deru mesin pesawat menembus angkasa. Sayup-sayup suara Ibu Pertiwi bergema diantara deretan-deratan kabin pesawat. “Selamat jalan putra-putriku, selamat berjuang di negeri orang, kalian duta-duta Bangsa, jagalah selalu nama baik Ibu Pertiwimu. Harumkan nama kami dengan prestasi-prestasi kalian. Jangan pulang sebelum kalian sanggup merubah Indonesia menjadi lebih baik”. Sayup-sayup suara itu menghilang ditelan oleh kegelapan malam, dibawa terbang  oleh angin malam. Si Anak Dusun termangu antara sedih dan bahagia. Sedih karena entah kapan ia akan kembali ke tanah air. Bahagia karena asanya diijabah oleh Yang Kuasa.

Perjalanan dari Jakarta-Doha sekitar delapan jam. Tepat pukul 22.00 waktu Doha, pesawat mendarat di Doha, Qatar International Airport. Mereka akan transit selama tiga jam di Doha, dan akan melanjutkan perjalanan pada pukul 01.00 dini hari waktu setempat.

Suasana malam hari di Bandara Doha ternyata sangat ramai sekali. Mereka melangkah masuk mengikuti rombongan yang akan transit untuk perjalanan selanjutnya. Di Waiting Room mereka istirahat sejenak. Ada beberapa yang memilih untuk tidur. Ada juga yang sibuk dengan laptop masing-masing. Sedangkan si Anak Dusun menyibukkan diri dengan kamera ponselnya. Mengabadikan momen luar biasa itu dalam setiap jepretannya.

Doha International Airport
Suasana di waiting room
Setelah sekitar tiga jam di ruang tunggu. Akhirnya ada pemberitahuan dari pengeras suara  bahwa bagi yang meneruskan perjalanan menuju Casablanca dipersilahkan untuk boarding. Ketika Gate sudah dibuka untuk Boarding, mereka dipindahkan ke ruangan sementara tempat nantinya menunggu bus yang akan membawa mereka dari terminal transfer menuju pesawat. Sekitar tiga puluh menit. Mereka dan penumpang lainnya dihantar untuk transfer pesawat. Jarak tempuh dari terminal transfer ke pesawat memakan waktu sekitar 20 menit. Saat masuk Bus menuju Pesawat, entah kenapa si Anak Dusun terpisah dari kawan-kawannya. Ternyata ketika dia memasuki Bus yang pertama, teman-temanya dibelakang tidak jadi masuk, karena Bus pertama sudah penuh. Jadilah ia dan satu temannya yang menuju pesawat terlebih dahulu.

Sesampai di pesawat, ia langsung mengecek tempat duduk. Setelah menemukan nomor Gate 12-seat 16B, ia langsung merapikan barang-barang. Sekali lagi ia terpisah dari rombongan teman-temannya. Ia duduk urutan depan sendirian, dan teman samping kirinya adalah si pemuda arab yang ketika dari Jakarta-Doha duduk di sebelah kanannya. Sebuah kebetulan yang menyenangkan. Karena paling tidak ia bisa yang memperaktikkan dan mengetahui kualitas Bahasa Arabnya. Yang selama ini ia pelajari di Pondok sebelum sampai di Maroko.

Berdasarkan pemberitahuan sebelum pesawat lepas landas yang terlihat di monitor. Tertera  bahwa penerbangan dari Doha ke Casablanca akan memakan waktu kurang lebih tujuh jam. Dan akan transit selama satu jam di Tunis sebelum akhirnya pesawat Qatar Airways dengan No. penerbangan QR 550 mendarat di Casablanca-Mohammed V International Airport (CMN).

Setelah melakukan perjalanan pesawat sekitar 19 jam, pesawat Qatar Airways-QR 550, sempurna mendarat di Mohammed V International Airport, Casablanca. Sekitar pukul 08.30 pagi waktu Maroko. Kemudian Si Anak Dusun dan kawan-kawannya langsung menuju tempat pengambilan barang Bagasi. Setelah semua dengan koper masing-masing, mereka mantap melangkahkan kaki keluar Bandara. Udara segar pertengahan musim gugur menyambut 13 Duta-duta Bangsa. Matahari cerah bersih yang menyiram Bumi Maghribi dengan sinarnya saat itu tak berdaya oleh musim. Sengatan cahaya tak memberi arti. Udara sejuk tetap menusuk pori-pori kulit. “Sungguh awal yang menakjubkan” gumam si Anak Dusun ketika itu.

Suasana sekitar Bandara Mohammed V satu tahun yang lalu
Tepat tanggal 5 Oktober 2011. Cerita baru di Bumi Seribu Benteng mulai mereka goreskan di Buku Harian masing-masing. Memulai cerita dalam perjalanan menggapai cita-cita. Bercengkrama dengan musim-musim yang ada di Maroko. Mengadaptasikan diri dengan kondisi lingkungan baru. Yang sangat jauh berbeda dengan culture yang ada di Tanah Air. Mengeja tiap-tiap kata Darrijah demi hubungan yang lebih baik dengan penduduk setempat. Memulai karir di Kampus masing-masing. Tanpa kenal lelah dan putus asa.

Kini 13 putra-putri  Bangsa itu telah genap satu tahun meninggalkan Tanah Air. Genap empat musim di Bumi Seribu Benteng. Beberapa bulan kemudian dua kawan datang menyusul mereka. Maka genaplah mereka dengan jumlah 15 orang. 

Apa yang telah mereka dapatkan selama satu tahun  ngampus  di Maghribi. Jawabannya ada pada diri mereka masing-masing. Yang jelas, mereka tahu apa yang harus dilakukan selama di perantauan. Karena mereka masing-masing bergerak dengan cita-cita suci. Menjadi insan yang bermanfaat untuk banyak orang. Siap mengabdi untuk Agama, Nusa, dan Bangsa.

Duta-duta Bangsa
Selamat melanjutkan perjalanan kawan. Selamat berjuang dengan niat awal kalian datang ke Negeri ini. Baca kembali cita-citamu. Raba kembali mimpi-mimpi kalian di tembok-tempok Kampus masing-masing. Ingat, mereka yang telah kembali ke Tanah Air dengan menyandang gelar Lc, MA, bahkan Doktor. Itu semua adalah bukti bahwa kita juga mampu seperti mereka. Karena apa yang bisa dilakukan oleh orang lain di muka bumi ini, merupakan bukti paling autentik bahwa kita juga bisa melakukannya. Karena kita dengan mereka sama. Yang membedakan adalah niat dan kegigihan masing-masing. Itu saja. Sekalai lagi selamat meneruskan perjalanan. Teuslah melangkah. Jangan berhenti tanpa mengenggam kesuksesan. Allahu Musta’an.