07 Mei, 2019

CATATAN RAMADHAN II: JANGAN ADA PUNGLI DI ANTARA KITA






Beberapa bulan lalu. Saya sempat kaget, syok, dan sangat miris. Ketika mendengar ada salah satu pimpinan partai berideologi islam. Dengan lambang simbol islam. tertangkap tangan (OTT) melakukan transaksi suap dengan "oknum" kementerian yang mengurus Agama.

Suap tersebut berkaitan dengan proses jual beli jabatan sebagai kepala kantor di kabupaten dan kepala kantor wilayah di provinsi. Yang ada di Jawa sana. 

Sebenarnya, pimpinan partai yang ter-OTT  bukan pejabat tinggi di kementerian dimana "oknum" itu bernaung. Dia memang pejabat tinggi. Tapi pejabat tinggi parlemen yang tidak ada urusannya dengan agama.

Tak nyambung memang. Tapi mana mungkin dua oknum tersebut menyuap pimpinan partai. Anggota dewan.  untuk dapat jabatan prestisius, jika si yang disuap tak punya akses ke pejabat tinggi di kementerian yang sedang bermasalah. 

Publik tau salah satu kader partai yang pernah dipimpinnya saat ini sedang menduduki kursi tertinggi di kementerian. Soal ini biar lembaga anti rasuah saja yang melanjutkan.

Yang lebih ironi lagi. Kasus ini membuka luka lama beberapa tahun silam. Ketika Menteri yang mengurusi agama. Dari partai yang sama. Terjerat kasus dana haji. Bahkan sudah di penjara.

Perilaku korup, suap, pungli, dan sejenisnya. Sepertinya memang tidak tebang pilih. Siapapun bisa tergiur lembaran-lembaran suci ahli hidonisme tersebut. Bahkan lembaga yang mengurus agama sekalipun. Rasuah tak mengenal agama.

Kasus yang terjadi di pusat ini, juga terjadi di daerah. Oknum yang diatas saja seperti itu, maka tidak menutup kemungkinan oknum yang dibawah juga sama. 

Lembaga agama. Mengurus masalah-masalah keagamaan. Pejabat-pejabatnya (seharusnya) mengerti agama. Namun, "oknum-oknumnya" tetap melanggar aturan agama. 

Aturan agama saja dilanggar. Apalagi aturan Lembaga Agama. Apalagi aturan Negara.

Hari ini saya bertemu langsung dengan oknum tersebut, bukan oknum yang menyuap Romi. Tapi oknum yang meminta fulus pungli. 

Mungkin Dia lupa sekarang Bulan Suci. Atau Karena masih awal Ramadhan dia belum mendapatkan spirit Ramadhan. Atau mungkin Ramadhan nya sekarang sama saja dengan bulan-bulan Lainnya. 

Sambil malu-malu, takut-takut, dia bilang "Duit". Saya tanya lagi biar dia jawab lebih tegas, "Uang Administrasi" jawabnya. masih agak takut-takut. Saya kembali bertanya lebih tegas, "memang ada prosedur atau juknisnya, kalo memang ada saya bayar." Diapun diam.

Karena saya sayang dengan Lembaga ini. Saya sayang dengan oknum pejabat ini.  Pungli tak saya turuti.

Kata senior saya dulu, kalau ada yang minta "uang administrasi" bayar saja. Biar urusan kedepannya lancar. Tapi saya bilang ketika itu, tidak akan pernah saya bayar. 

Itu tugas mereka melayani. Mereka sudah dibayar. Bahkan sudah ada peraturan larangan pungli. 

Tapi masih ada saja. Bahkan di Lembaga "Tersuci" di Negeri ini. Perilaku tak profesional itu masih ada. 

Sebagai catatan: Saya bertemu dengan oknum pungli ini ketika sedang mengurus izin operasional sebuah lembaga pendidikan keagamaan.