*Perkenalan
Aku mengenalnya sepintas saja,
Aku mengenalnya sepintas saja,
Sekedar pernah bersapa
sekedar sapa apa adanya,
hanya seperlunya.
Tak kurang tak lebih.
Aku tak pernah menyapanya lebih
banyak,
bukan aku tak mau atau tak berani,
tapi aku menghormatinya.
Dia begitu bersahaja,
menjaga pandangan, pakaian dan tutur
kata.
Jadi, mana mungkin aku merusak
semua
keindahan itu.
Aku tak ingin keanggunan busana dan
tutur katanya
ternodai oleh tingkah lakuku.
*Permata Berlapis Kaca
Dia ibarat permata berlapis kaca,
tak ada yang bisa menyentuhnya,
karena ia sangat istimewa.
Tapi entah kenapa,
tegur sapa ala kadarnya itu
membuatku kelimpungan,
seolah baru menyapa sang ratu
bertahta.
Terkesan sekali aku dibuatnya.
*Definisi Cinta
Sampai saat ini,
aku hanya mampu menatap dan menyapanya dari
jauh,
jauh sekali,
dari lubuk hatiku yang terdalam.
Dia membuatku mengaguminya terlalu
berlebihan,
sampai aku tak mampu memahami,
apakah ini kekaguman yang wajar,
atau ini yang mereka sebut Cinta itu.
Cinta? Ah, kata-kata itu terlalu
klasik untukku.
Kata-kata yang telah lama kudengar,
dengan sejuta definisinya.
Tapi, jujur, aku tak pernah memahami
bagaimana citrarasa makhluk yang
bernama Cinta ini,
apalagi mendefinisikannya dalam
versiku sendiri.
Aku buta tentang rasa ini.
*Tentang Cinta
Tentang Cinta,
sebenarnya banyak teman yang
mengajariku,
katanya cinta itu indah,
cinta itu sahdu mendayu.
Bahkan, Habiburrahman el-shirazy
Sang penulis novel-novel tentang
cinta
yang sangat kukagumi itu
ikut mengajariku tentang cinta,
katanya:
"CINTA adalah KEKUATAN yang
mampu
mengubah duri jadi mawar,
mengubah cuka jadi anggur,
mengubah malang jadi untung,
mengubah sedih jadi riang,
mengubah setan jadi nabi,
mengubah iblis jadi malaikat,
mengubah sakit jadi sehat,
mengubah kikir jadi dermawan,
mengubah kandang jadi taman,
mengubah penjara jadi istana,
mengubah amarah jadi ramah,
mengubah duri jadi mawar,
mengubah cuka jadi anggur,
mengubah malang jadi untung,
mengubah sedih jadi riang,
mengubah setan jadi nabi,
mengubah iblis jadi malaikat,
mengubah sakit jadi sehat,
mengubah kikir jadi dermawan,
mengubah kandang jadi taman,
mengubah penjara jadi istana,
mengubah amarah jadi ramah,
mengubah musibah jadi muhibbah,
itulah CINTA."
itulah CINTA."
*Pengakuan Jujur Tentang Cinta
Dalam puisi selanjutnya,
beliau menyadari bahwa,
tak ada yang
mampu mendefinisikan cinta secara utuh,
sama sepertiku yang bahkan tak
pernah mampu sama sekali
mendefinisakan cinta dalam versiku.
Ini pengakuan jujur beliau itu,
"Sekalipun CINTA telah
kuuraikan dan kujelaskan panjang lebar.
Namun
jika CINTA kudatangi, aku jadi malu pada keteranganku sendiri.
Meskipun lidahku telah mampu
menguraikan dengan terang.
Namun tanpa lidah,
CINTA ternyata lebih terang.
Sementara pena begitu tergesa gesa
menuliskannya.
Kata kata pecah berkeping keping
begitu sampai kepada CINTA.
Dalam menguraikan CINTA, akal
terbaring tak berdaya.
Bagaikan keledai terbaring dalam
Lumpur.
CINTA sendirilah yang
menerangkan CINTA dan perCINTAan."
*Pinangan
Jika membuka lembaran masa lalu,
sepertinya sudah beberapa kali aku
pernah mengagumi
lawan jenis yang sebaya atau
beberapa tahun lebih muda dariku.
Tapi entah kenapa, yang ini
sepertinya lain.
Aku seolah mengagumi semua sisi
darinya.
Tentang senyumnya, tawanya, sapanya,
busananya, akhlaknya,
dan lain-lainnya, begitu banyak.
Tapi sekali lagi,
aku telah bertekad takkan
mengusiknya,
apapun namanya.
Biar rasa ini berlalu begitu saja.
Aku tak berhak mencurahkan rasa ini
kepadanya,
jika aku tak mampu menatapnya dalam
tatapan halal yang lebih lama.
Jarak masa begitu membentang jauh
jika aku mengutarakan rasa ini
dalam lembaran pinangan dan
kemudian memintanya menunggu untuk
sebuah akad suci itu.
Karena aku masih punya asa untuk
kedua orangtuaku.
Untuk membahagiakan mereka terlebih
dahulu.
Tak ada kebahagianku sebelum
kebahagian kedua orang tuaku.
Itu komitmenku tempo dulu yang
takkan pernah kuingkari.
*Bayang-Bayang Rindu
Jujur saja,
aku tak ingin meraba rasa ini
terlalu dalam,
karena takut ia hanya sekam
yang akan membakarku
jika terpercik api-api nafsu itu.
Aku berusaha untuk selalu menghindar
darinya,
walau terkadang aku tak berkutik
kala rindu dan bayang-bayang itu
menyambangi dalam sepi.
*Janji-Janji Surga
Sudahlah,
aku tak mampu berbuat
banyak,
menghapus virus ini terlalu kusar
bagiku,
membiarkannya tetap bersarang dalam
hati
juga hanya akan membuatku semakin
beku.
Biarlah semua ini mengalir pada
arusnya,
berotasi pada orbitnya.
Untuk saat ini, aku hanya mampu
mengatakan
"aku sungguh mengagumimu"
itu saja.
Tak mau berharap lebih.
Tak mau berjanji-janji surga.
*Makhluk Halus Bernama Cinta
Terakhir,
jika benar ini cinta,
ia akan kuserahkan pada takdirNya.
Jika catatan di Lauh Mahfuzd itu,
aku bersamanya, maka
dia pasti ada dihujung penantian,
namun jika catatan takdir itu,
aku bukan bersamanya,
pasti orang yang lebih baik dariku,
yang lebih beruntung dariku,
yang lebih pantas dan siap dariku
akan menemukannya.
Biar rasa ini hanya jadi rahasia
antara aku dan Tuhanku.
Dalam misteri sebuah rasa.
Pada makhluk halus bernama Cinta.
Di malam yang mulai menghangat,
Maroko, 8/5/2013.
0 komentar:
Posting Komentar
kritik dan saran yang konstruktif selalu kami tunggu dari para pembaca yang budiman,,,,,!!!