Refleksi Dari Sebuah Tulisan Sederhana
Hampir
sebulan yang lalu saya telah menulis sebuah artikel yang berjudul “Masalah Itu
Manis”, yang kemudian saya post pada note Facebook dan saya kirim kesalah satu
e-mail media islami online. Artikel itu ternyata baru dimuat sekitar seminggu yang lalu, dan Alhamdulillah sempat menjadi
artikel populer pekan itu (masih nampang di situs sebagai artikel populer pilihan
pembaca). Semoga tulisan sederhana itu bisa menginspirasi banyak orang yang membacanya.
Tulisan
sederhana itu sebenarnya adalah bentuk refleksi dari masalah yang sedang saya
hadapi semenjak awal bulan kedua kedatangan saya di Maroko ini. Yakni awal
bulan November 2011 yang lalu, dan sampai sekarang masalah itu belum hengkang
dari hadapan saya. Sayapun belum bisa konsentrasi belajar dibuatnya.
Untuk
sekedar menghibur diri, saya coba merangkai beberapa kata dan memadukannya
menjadi beberapa kaliamat sederhana; sehingga tulisan yang sangat sederhana itu lahir. Yang kemudian saya beri judul “Masalah Itu
Manis”. Iya. Saya ingin mereguk manisnya masalah yang sedang saya hadapi ini,
yang sebenarnya belum seberapa jika kita bandingkan dengan masalah-masalah yang
sedang dihadapi orang lain di luar sana, jauh lebih ekstrim dibanding masalah
saya sekarang.
Jika
banyak kawan-kawan penulis yang bercerita panjang lebar tentang keajaiban
menulis, berdasarkan pengalaman mereka masing-masing. Maka, saya baru bisa
bercerita secuil dari keajaiban-keajaiban itu, yang sama sekali belum layak
disebut penulis.
Sebenarnya,
banyak hikmah atau terapi yang saya rasakan ketika proses menulis berlangsung,
dari menentukan tema sampai siap dipublikasikan kepada pembaca. Tapi agar
tulisan ini tidak terlalu panjang lebar membahas tentang terapi menulis, maka
saya cukupkan pada satu bentuk terapi yang saya rasakan selama ini saja.
Mungkin lain waktu saya bisa bercerita panjang lebar tentang hal ini lebih jauh
lagi, berdasarkan pengalaman pribadi itu.
Kerena saat ini saya ingin fokus kepada satu tema saja. Tema itu tentang
masalah yang saya hadapi sekarang.
Berangkat
dari judul artikel diatas “Masalah Itu Manis” sangking manisnya masalah itu,
saya ingin mereguknya sampai tetes terakhir, tidak akan saya biarkan setetespun
tumpah ke tanah. Saya ingin berusaha menikmati masalah itu. Kerena pasti banyak
hikmah disana, yang saat ini belum saya cicipi semuanya.
Menulis
adalah sebuah terapi, itu kata para penulis ulung yang menagajari saya dalam
setiap tulisan-tulisan mereka, dan memang itu telah yang saya rasakan sebagai
penulis pemula amatiran ini. Sebuah terapi bagi jiwa saya yang merupakan objek
dalam tulisan-tulisan sederhana itu.
Hal
itu kerena mayoritas, bahkan bisa dikatakan semua clotehan sederhana yang pernah
lahir dari keisengan saya itu berasas dari sebuah
niat untuk berbagi, sebagai cambuk pemecut bagi diri sendiri, dan sebagai media renungan dan nasehat bagi
jiwa pribadi.
Awal
Mula Masalah Itu
Kembali
ke topik, yakni tentang masalah yang sedang saya hadapi sekarang ini, yang
lumayan pelik juga menurut saya, kerena masalah ini telah terbit sejak awal November
yang lalu, dan sampai sekarang masih gentayangan menemani hari-hari kuliah
saya. Masalah itu belum selesai sampai sekarang. Masalah itu ialah pembuatan Bithaqoh
iqomah (Surat perpanjangan masa tinggal di Maroko), kartu tanda penduduk
(KTP) kalau di Tanah Air.
Seperti
mana yang telah diketahui oleh sebahagian kita, bahwa warga Negara Indonesia
bebas visa selama tiga bulan jika datang berkunjung ke negeri Maroko ini. Hal
ini merupakan bentuk penghargaan dari kerajaan Maroko atas jasa sang
proklamator kita, presiden Soekarno
tempo dulu.
Bagi
para mahasiswa yang belajar di Maroko, tentu mereka membutuhkan waktu beberapa
tahun untuk menyelasaikan studi mereka. Oleh kerena itu, sudah pasti harus
mendapatkan surat izin tinggal setelah masa tiga bulan berlalu, dan itulah yang
sedang saya lakukan sekarang.
Namun
pembuatan KTP disini ternyata tidak semudah di Tanah Air, paling tidak itu yang
telah saya rasakan, dan saya berani berasumsi
bahwa berokrasi di Maroko sangat tidak sistematis, tidak efesien, alias
sangat rumit. Terlepas bahwa asumsi saya ini sepihak atau tidak. Tapi itulah
kenyataan di lapangan yang saya temui.
Persyaratan
pembuatan KTP bagi mahasiswa disini membuutuhkan beberapa surat-surat penting.
Yakni, surat bukti memdapatkan beasiswa dari kerajaan Maroko (syahadah
minhah) bagi yang mendapat beasiswa kerajaan, surat bukti terdaftar di
kampus tempat studi (syahadah tasjil), surat akad (perjanjian) sewa
rumah tempat tinggal selama di Maroko (aqad kiro), dan beberapa lembar
photocopy paspor. Semua surat-surat dokumen ini harus dilegalisir bermaterai
masing-masing sebanyak tiga lembar.
Awal
permasalahan yang saya hadapi dalam pembuatan KTP ini adalah surat akad sewa
rumah yang sangat sulit saya dapatkan dari pemiliknya. Pihak rumah beralasan
bahwa mereka telah memberikan kami sewa rendah dari yang biasa. Oleh kerena itu,
mereka tidak mau membayar potongan sewa
yang rendah itu kepada pihak berwajib jika
membuatkan saya surat akad. Kerena jika mereka membuatkan saya surat akad itu, sudah pasti mereka akan dapat potongan
dari polisi setiap bulan. Intinya mereka tidak mau rugi untuk kedua kalinya.
Selain
itu, yang mungkin dijadikan alasan kedua kenapa pemilik rumah enggan memberi
saya surat akad adalah bahwa kawan-kawan Malaysia yang saya tinggal satu rumah
dengan mereka saat ini, sebelumnya tidak memerlukan surat itu. Kerena mereka
dapat rekomendasi langsung dari kedutaan mereka di kota Rabat. Inilah permulaan
masalah itu.
Agar
tulisan ini tidak terlalu panjang lebar, dan agar pembaca tidak bosan
dibuatnya. Mungkin saya hanya mencantumkan poin-poin penting saja dalam cerita
pembuatan KTP Maroko yang banyak menuai
masalah dan bertubi-tubi ini, tanpa mau mengerucut sedikit saja keujung
titik terang penyelesaian.
Baiklah,
kita lanjutkan saja. Setelah saya tahu bahwa pihak pemilik rumah (flat) tidak
berkenan memberikan saya surat akad sewa rumah, yang merupakan persyaratan
penting dalam proses pembuatan KTP. Akhirnya saya dengan ditemani oleh saudara
ketua perhimpunan pelajar Indonesia (PPI) Maroko berinisiatif untuk mendatangi
pihak KBRI di ibu kota Rabat. Upaya ini kami lakukan agar pihak kedutaan
bersedia memberi rekomendasi (syahadah suknah) atas tempat tinggal saya selama
studi di Maghriby ini, seperti mana yang dilakukan pihak kedutaan Malaysia
kepada teman-teman saya dari Negeri Jiran itu. Namun akhirnya kamipun pulang
dengan tangan hampa. Kerena pihak kedutaan belum bersedia memberi surat
rekomendasi tersebut. Mungkin pihak KBRI punya alasan kuat atas ini, yang
sampai sekarang saya belum terlalu paham, apa alasan itu.
Setelah
meminta rekomendasi dari pihak KBRI tidak berhasil, saudara ketua mengusulkan
kepada saya untuk membuat pernyataan sendiri, yang kemudian beliau kirim file
pernyataan berbahsa Arab itu melaui email saya. Tugas saya selanjutnya adalah
meminta photocopy pemilik rumah sebagai penguat pernyataan yang akan saya
ajukan kepada pihak Muqatha’ah (lembaga pengesahan dokumen-dokumen
penting) sebelum surat-surat itu diserahkan ke kepolisian. Walaupun pada
awalnya pemilik rumah merasa keberatan memberikan photocopy KTP pribadinya. Namun,
akhirnya setelah diberi pengertian dan menunggu beberapa hari, photocopy itupun
sampai ke tangan saya. Tapi sayang, surat pernyataan pribadi itupun ditolak
pihak muqatha’ah.
Setelah
penolakan itu, sayapun sempat bingung, apa lagi yang harus saya lakukan untuk
mendapatkan surat akad itu. Meminta bantuan tetangga agar mau memberi saya
surat akad (walau saya tidak tinggal bersama mereka), tidak ada jawaban pasti.
Meminta bantuan teman-teman Maroko di kampus untuk mencari rumah sewaan barupun
tak ada kabar keberhasilan.
Ditengah
kebingungan itu, tahunpun berganti. Kini saya berada diakhir bulan Januari
2012. Ujian di depan mata. Demi menghadapi ujian, saya biarkan masalah KTP
vakum sesaat. Paling tidak sampai akhir ujian nanti saya lanjutkan kembali.
Singkat
cerita, ujian semester pertamapun berlalu, walau dengan nilai pas-pasan. Tapi
Alhamdulillah bisa lulus. Liburan musim dingin saya nikmati. Saya biarkan
masalah KTP lenyap dari pikiran untuk sementara. Padahal saya telah terlambat
beberapa bulan. Status saya sekarang adalah imigran ilegal. Belum mengantongi
surat izin tinggal secara resmi. setelah masa free tiga bulan itu berlalu.
Setelah
liburan berakhir, dan jadwal kampus sudah mulai aktif. Saya kembali berkunjung
ke pemilik rumah untuk menyampaikan permasalahan saya yang belum selesai. Ini
kunjungan saya yang ketiga ke rumah mereka, dan semoga yang terakhir dalam
kasus ini. Dengan negosiasi yang cukup lama, mereka akhirnya berbaik hati untuk
membantu saya. Walau bukan akad sewa rumah yang mereka berikan. Hanya
kertas bukti pembayaran sewa saja.
Itupun baru akhir Februari kemarin sampai ke tangan saya. Tapi, Alhamdulillah
berarti masalah surat sewa ini berakhir. Tinggal mendapatkan pengesahan pihak Muqatha’ah.
Setelah
hampir total enam kali bolak-balik kepihak
muqatha’ah saya lakukan. Dimulai dari pertengahan novembar hingga awal
maret kemaren, Alhamdulillah surat-surat penting itu resmi mendapat pengesahan,
dan siap diajukan ke pihak kepolisian untuk proses selanjutnya.
Titik
Terang atau Malah Masalah Selanjutnya?
Ternyata
masalah tidak berakhir sampai disitu. Di kepolisian, saya kembali menemui
masalah baru. Ini tidak lain kerena keterlambatan itu. Sayapun kemudian diminta
membuat surat alasan keterlambatan. Dalam kepenatan, saya kembali mendatangi
pihak kemahasiswaan di kampus, agar mereka mau membuatkan saya surat pernyataan
bahwa keterlambatan saya melapor ke polisi untuk pembuatan KTP kerena
konsentrasi dalam ujian (alasan sebenarnya bukan itu, tapi si surat akad itulah biang keladinya). Walau pihak kampus
pada awalnya keberatan, namun akhirnya surat pernyataan itu mereka buatkan
juga.
Beberapa
hari selanjutnya, sesuai hari yang dijanjikan saya kembali ke kantor kepolisian
untuk menyerahkan surat alasan keterlambatan itu. Sambil berharap masalah ini
berakhir dan KTP siap selesai.
Namun
ternyata harapan saya kaku, dan inilah
kemudian yang membuat saya tidak ragu-ragu memvonis bahwa berokrasi di
maroko, khususnya di kepolisian sangat tidak efesien dan sistematis alias kacau
balau. Bagaimana tidak, ternyata saya masih disuruh datang kesana beberapa hari
kemudian dengan memberikan materai seharga seratus dirham.
Kamis
pagi kemaren, adalah yang ketiga kalinya saya ke kantor polisi untuk
menyerahkan materai seharga seratus dirham itu, setelah memberikan materai,
saya disuruh menandatangani empat lembar surat yang saya tak mengerti surat apa
sebenarnya itu. Kerena berbahasa perancis tulen. Sayapun disuruh datang kesana
selasa depan, tanggal 20 nanti. Tanpa kabar bahwa KTP itu akan segera selasai.
Jadi sampai tulisan ini antum baca, KTP itu masih mengawang-awang. Tidak jelas
kapan akan selesai. Sedangkan biaya yang telah saya keluarkan, bisa ditaksir
sudah mencapai 500 DH banyaknya. Sungguh pembuatan KTP yang sanggat mahal.
Apalagi ternyata KTP yang sudah selesai harus diperbaharui setiap tahunnya.
Sepenggal
Doa Yang Ku Pinta
Itulah
sepucuk cerita dibalik pembuatan KTP yang saya alami, dan sampai sekarang masih
dalam proses penyelesaiaan. Lumayan pegal saya dibuatnya. Seolah Allah ingin
agar saya menikmati pesan-pesan yang pernah saya tulis dalam beberapa artikel
sebelumnya. Salah satunya adalah yang bertajuk “masalah itu manis.” Itulah yang
saya maksud, bahwa tulisan itu adalah sebuah terapi. Disaat saya dirundung
masalah seperti ini, atau bahkan lebih besar dari ini. Saya bisa memantapkan
hati dengan tulisan yang pernah saya tulis itu. Ketika saya merasa lelah dan
mulai mengeluh, tulisan itu adalah penghiburnya, asupan suplemen yang akan
selalu menyegarkan jiwa saya. Itulah yang saya maksud, bahwa tulisan yang
pernah kita tulis adalah renungan bahkan nasehat untuk pribadi.
Tulisan
panjang lebar inipun saya niatkan untuk menghibur diri yang dalam penantian
akan selesainya KTP keramat itu. Melaui catatan ini, saya juga berharap
teman-teman yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk menatap coretan ini,
agar bersedia membantu saya dengan beberapa patah kalimat doa. Agar masalah ini
cepat berakhir, dan saya bisa fokus kembali dalam mengemban amanah besar ini. Kerena doa adalah senjata kita
bagi kaum muslimin, dan saya sangat yakin dengan kekuatan doa yang lahir dari
jiwa-jiwa antum yang mukhlisin.
Wahai
tuhan kami, mudahkan segala masalah kami, masalah kedua orang tua kami,dan
masalah kaum muslimin di muka bumi ini. Dengan segala Rahman dan RahimMu yaa
Allah yaa rabbal ‘alamiin,,,,,!
Maroko,
17 Maret 2012.
4 komentar:
semoga tk da masalah yg baru lagi disana...
semoga Allah mudahkan urusan antum, Aamiin Allahumma aamiin :-). tetap semangat dan tawakkal padaNya. Allah selalu bersama hamba yang mendekat kepadaNya ^_^
terimaksih atas do'a dan dukungan'a,,,!
thank you brother,,,!
Posting Komentar
kritik dan saran yang konstruktif selalu kami tunggu dari para pembaca yang budiman,,,,,!!!