Gerhana Matahari Total (GMT) Sumber: Google |
Beberapa minggu yang lalu, tepatnya pada tanggal 9 Maret 2016. Gerhana Matahari Total (GMT) kembali melintasi wilayah Indonesia. Peristiwa alam langka ini dapat disaksikan dibeberapa provinsi di Tanah Air. Kehadirannya mengundang antusiasme masyarakat Indonesia yang sangat luar biasa. Mereka beramai-ramai keluar rumah untuk melaksanakan shalat Gerhana berjamaah, atau sekedar menyaksikan serta mengabadikan detik-detik momen bersejarah ini.
Berdasarkan rekam jejak, Gerhana Matahari Total pernah beberapa kali mampir di Indonesia, yaitu pada tahun 1983, 1984, 1988, dan 1995. Setelah Gerhana yang berlangsung kemaren, diperkirakan GMT kembali akan mengunjungi Indonesia pada tahun 2023 nanti.
Gerhana Matahari merupakan salah satu fenomena alam yang luar biasa. oleh karena itu sejak zaman dahulu hingga saat ini, banyak cerita atau mitos yang berkembang di berbagai belahan dunia perihal seputar peristiwa Gerhana Matahari. Salah satu dari sekian banyak mitos tersebut (yang cukup masyhur di Indonesia) yang dahulunya berasal dari India. bahwa perempuan yang sedang mengandung (hamil) dilarang keluar rumah saat Gerhana Matahari berlangsung, hal ini Karena ditakutkan anaknya nanti terlahir cacat.
Mitos ini tentu tidak bisa diterima oleh akal sehat Manusia. Sampai saat ini belum ada bukti Ilmiah (Medis) yang telah membuktikan bahwa memang Gerhana Matahari berpengaruh bagi Ibu Hamil dan Jabang Bayinya.
Secara Agama, Islam sangat menentang perkara-perkara berbau mitos, tahayul atau khurafat. Diantaranya seputar Gerhana. Baik Gerhana Matahari maupun Gerhana Bulan. Hal ini bisa ditelusuri dari riwayat-riwayat hadist berikut:
Al-Mughirah bin Syu'bah meriwayatkan bahwa: Telah terjadi Gerhana Matahari pada masa Rasulullah Saw dihari meninggalnya Ibrahim (putra Rasulullah). Lalu orang-orang (saat itu) berasumsi bahwa peristiwa Gerhana Matahari tersebut terjadi karena sebab meninggalnya Ibrahim. Lalu Rasulullah Saw bersabda, &Sesungguhnya Gerhana Matahari dan Bulan terjadi bukan karena meninggal atau hidupnya (lahirnya) seseorang. Maka jika kamu menyaksikannya (Gerhana Matahari atau Bulan) maka shalat dan berdoalah kepada Allah Swt. (HR:Bukhari)
Riwayat lain dari Abu Bakrah ia menceritakan, ketika kami berada bersama Rasulullah Saw, lalu terjadilah gerhana matahari. Maka Nabi Saw berdiri dengan mengenakan selendangnya lalu masuk ke dalam masjid, kamipun masuk (masjid mengikuti beliau). Kemudian Beliau shalat dua rakaat bersama kami hingga Matahari kembali nampak. Lalu Beliau bersabda: 'Sesungguhnya Gerhana Matahari atau Bulan tidak terjadi karena kematian seseorang. Maka apabila kalian menyaksikan peristiwa keduanya terjadi, shalat dan berdoalah hingga selesai Gerhana tersebut. (HR.Bukhari)
Riwayat Abu Mas'ud menyampaikan bahwa Nabi Saw bersabda: Sesungguhnya Gerhana Matahari dan Bulan tidak terjadi karena matinya salah seorang manusia, tetapi keduanya merupakan tanda-tanda kekuasaan Allah Swt. Apabila kalian menyaksikannya maka laksanakanlah shalat.
Ketiga riwayat hadist diatas (yang hampir sama redaksi tata bahasanya) merupakan bantahan Nabi Saw terhadap mitos-mitos yang berkembang di Masyarakat Jahiliyah yang saat itu masih meyakini bahwa bintang-bintang dapat menyebabkan terjadinya perubahan di Bumi, berupa kematian atau kerusakan. Nabi Saw menyampaikan bahwa keyakinan itu sama sekali tidak benar (bathil). Matahari dan Bulan merupakan makhluk ciptaan Allah swt yang selalu berotasi pada orbitnya sebagai wujud kepatuhan mereka kepada penciptanya, Allah Swt. Matahari dan Bulan tak memiliki kekuasaan terhadap makhluk-makluk lainnya, tidak pula memiliki daya kekuatan untuk mempertahankan dirinya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
"Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya" (Qs. Al Anbiya:33)
“Diantara tanda kebesaran Allah adalah malam dan siang, matahari dan bulan, maka janganlah kalian sujud kepada matahari atau kepada bulan. Akan tetapi sujudlah kepada Allah yang telah menciptakan itu semua, jika kalian benar-benar beribadah hanya kepada-Nya” (Qs. Fushshilat:37)
Kedua ayat diatas merupakan bagian dari banyaknya ayat-ayat qurani yang bercerita tentang alam semesta, jagat raya. Semua itu agar kita sebagai makhluk yang lemah mau berpikir, merenungi, dan menghayati secara mendalam tentang keberadaan serta fenomena-fenomena yang terjadi pada makhluk-makhluk Allah Swt tersebut.
Gerhana Matahari dan Bulan merupakan sebagian dari tanda-tanda keesaan dan kemahakuasaan Allah Swt. Sejatinya peristiwa-peristiwa tersebut merupakan cara Allah Swt untuk menakut-nakuti hamba-hambanya agar mau kembali dan memohon ampun kepadanya. Oleh karena itu, Nabi Muhammad Saw mengajarkan kepada kita kaum muslimin bagaimana cara menyikapi fenomena Alam berupa Gerhana Matahari atau Bulan tersebut; Yaitu dengan mendirikan shalat, memperbanyak doa, dan bersedekah. Bukan malah melakukan kesyirikan dengan meyakini mitos-mitos khurafat yang jauh dari tuntunan syariat tersebut.
Jadi, mitos bahwa seorang ibu hamil tidak boleh keluar rumah saat Gerhana, dan beberapa mitos lainnya seputar Gerhana sama sekali tidak bisa diterima secara Aqly (akal manusia/sains) dan Naqly (Teks-teks Alqur'an dan Hadist). Wallahu A'lam.
*Marrakech, 19/03/2016.